A.
Manfaat Mikroba
Penyubur dalam Memacu Produktivitas
Padi, Jagung dan Kedelai
Sebagai contoh pupuk hayati Bio P 2000 Z dengan
teknologi mutakhir sistem Bio perforasi;
Pupuk hayati Bio Perforasi diramu dari kumpulan
mikro-organisme indegenus terseleksi bersifat unggul berguna yang dikondisikan
agar dapat hidup harmonis bersama saling bersinergi dengan kultur
mikro-organisme komersial serta dibekali nutrisi dan unsur hara mikro dan makro
yang berguna bagi mikroba dan komoditas budidaya. Sekumpulan mikro-organisme unggul berguna dikemas dalam pupuk hayati Bio
Perforasi terdiri dari dekomposer
(Hetrotrop, Putrefaksi), pelarut mineral dan phospat, fiksasi nitrogen,
Autotrop (fotosintesis) dan mikroba fermentasi serta mikroba penghubung
(seperti Mycorrhiza) yang bekerja bersinergi dan nutrisi bahan organik sederhana, seperti senyawa protein/peptida, karbohidrat, lipida,
Vitamin, senyawa sekunder, enzim dan hormon; serta unsur hara makro: N, P, K,
S, Ca, dan lainnya berkombinasi dengan
hara mikro: seperti Mg, Si, Fe,
Mn, Zn, Mn, Mo, Cl, B, Cu, yang semua
unsur yang disebut di atas diproses melalui cara fermentasi.
Bio Perforasi
secara komprehenship membentuk dan mengkondisikan keseimbangan ekologis alamiah melalui sekumpulan jasa
mikro-organisme unggul berguna yang dikondisikan,
bersinergi dengan mikroba alami indogenus dan nutrisi; dan dengan
menggunakan prinsip “mem-bioperforasi“ secara
alami oleh zat inorganik, organik dan biotik pada mahluk hidup (seperti
tanaman) sehingga memacu dan/atau mengendalikan
pertumbuhan dan produksinya. Ternyata
dengan sistem demikian masalah tersumbatnya
produksi komoditi pertanian dapat dipecahkan.
Efek sinergi tersebut diwujudkan dalam bentuk : (1)
diredamnya faktor penghambat tumbuh kembang tanaman yang dijumpai dalam tanah,
(2) adanya produksi senyawa bio-aktif seperti enzim, hormon, senyawa organik,
dan energi kinetik yang memacu metabolisme tumbuh kembang akar dan bagian atas
tanaman, (3) fotosintesis makin efisien karena jalur reaksi Hill teraktifkan,
(4) fixasi nitrogen non-simbiotik dan simbiotik meningkat, (5) pasok dan
penyerapan hara oleh akar makin efesien, lancar, dan berimbang, (6) ketahanan
internal terhadap hama dan penyakit meningkat, dan (7) produksi dan mutu hasil
meningkat.
Melalui jasa mikro-organisme unggul yang sebelumnya telah
dikondisikan terhadap lingkungan tumbuh kembang tanaman serta dibekali nutrisi
dan unsur hara, faktor pembatas produksi
dan kendala tumbuh asal tanah dan lingkungan dapat direndam sehingga tanaman
dapat dipacu berproduksi tanpa menggangu hasil rekayasa konstelasi genetik yang
telah dimiliki tanaman sebelumnya. Hal
ini seiring dengan tujuan meningkatkan produktivitas hasil dari tanaman
varietas unggul yang memiliki potensi
genetik tinggi seperti padi Hibrida,
PTB dan padi unggul lain yang akan dikembangkan untuk daerah-daerah kritis
lebak rentan cekaman kesuburan tanah yang labil. Penggunaan mikroba Bio P 2000 Z secara teratur dan sesuai anjuran ternyata
mampu mendongkrak potensi produksi
tanaman yang bersangkutan melebihi referensi Genetik yang dimilikinya
dan cekaman anasir penghambat dalam
tanah.
Uji Pembuktian pada padi di lapangan menunjukkan bahwa pada
lahan sawah yang masam dan kesuburan
rendah dapat mendongkrak tumbuh
kembang tanaman dengan performa 2 – 3
kali tanaman normalnya (Kalijati-Subang), pemakaian yang rutin di lahan sawah
irigasi yang tua dapat menurunkan pemakaian pupuk kimia sampai 60% dengan
diiringi peningkatan produksi padi IR-64
dan Ciheurang (mencapai 8 - 10 ton/ha
GKG) dilahan yang sama kontrol petani hanya mendapatkan 4,5 – 5.5 ton/ha. Penerapan Bio P 2000 Z pada padi hibrida
Pusaka (umur 90-97 hari) mencapai
hasil 9,7 - 10.5 ton/ha (skala petani di
Karawang); Padi Hibrida Pusaka 2 hasil
mencapai 12 – 14 ton/ha (skala uji coba di Cibitung); Penerapan Bio Teknologi
Penyubur ini pada padi PTB (Padi Tipe
baru) menunjukkan hasil yang melebihi potensi determinasinya, 10 - 13 ton/ha
(dalam penerapan paket bioteknologi Bio P 2000 Z padi unggul di sawah kritis
Kalijati-Subang).
Keunggulan penerapan teknologi Bio
Perforasi pada padi adalah meningkatnya produktivitas dan kualitas beras. Pada padi unggul nasional memacu bertambahnya
anakan produktif rata-rata 19 – 35 anakan dan kuatnya perakaran (gambar A),
tahan rebah dan serangan penggerek batang; malai lebih besar (berisi) sehingga
dibanding tanpa Bio P2000Z pada volume gabah kering giling (GKG) yang sama
rendemen meningkat 30% - 40%. Karena
proses keseimbangan hara ini beras lebih jernih dan tidak mudah remuk/patah
saat digiling. Sedangkan hasil kering
panen rata-rata riil yang dicapai petani di lapangan adalah 8,5 – 11,5 ton/ha
dan yang tanpa Bio P hanya 5,5 – 7,0 ton/ha.
Potensi hasil uji coba penelitian dapat menghasilkan gabah 13 – 15
ton/ha. Penggunaan bio P 2000 Z
untuk Padi hanya 4 – 5 liter/ha.
Performa tanaman secara Visual dapat dilihat sebagai berikut:
Penerapan pada jagung telah dikembangkan dalam skala luas di Jawa Tengah, Teknologi ini telah mendongkrak hasil rata-rata panen petani daerah binaan
teknologi dari 3 – 4 ton/ha menjadi 6 –
10 ton/ha (Panen telah dilakukan oleh
Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan dan Bupati Grobogan Januari 2003)
|
|
JAGUNG
Varietas
yang digunakan adalah hibrida dan unggul lokal (komposit) berikut:
Rata-rata hasil panen dan keunggulan:
|
Parameter
Hasil
Panen rerata
Untuk Var. Lokal
Potensi hasil
Maks.
matematis
Keunggulan
:
Penggunaan
Bio P
3 – 5
liter/ha
|
Dengan
Bio
P2000Z
8
– 10 t/ha
7
– 11 t/ha
12
– 15 t/ha
21
t/ha
daun
& btg.bsr
Tahan
hama
Tahan
kering
Tanah
subur Berkelanjutan
|
Tanpa
Bio
P2000Z
4,5
– 6,5 t/ha
3,5
– 4,5 t/ha
8,0
– 10 t/ha
14
t/ha
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Potensi 2 – 3 tongkol 2 Cab. Produktif
Potensi 3 – 5 tongkol
Keunggulan teknologi ini tampak memper-besar batang dan
perakaran yang lebih banyak sehingga tanaman lebih kokoh dan tahan
kekeringan. Disamping itu pada tongkol sekunder yang muncul hampir
bersamaan dengan tongkol utama cenderung
produktif sehingga akan menambah menjadi 2 atau 3 tongkol. Jagung
yang sifat genetik bercabang respon Bio P2000Z dan cabang cenderung produktif
hingga membentuk tongkol 5 – 6 tongkol/tan, berarti produksi akan
berlipat.
|
|
|
Penerapan pada Kedelai Teknologi Bio P 2000 Z menjadi sangat
diyakini masyarakat dan pemakai karena
berasal dari penelitian dasar dan pengembangan penelitian serta telah
dilakukan percobaan-percobaan yang intensif dan teliti dalam skala ekonomis
maupun laboratorium. Di Balai pelatihan
transmigrasi KALTENG aplikasi teknologi
ini terbukti membooster produktivitas kedelai rata-rata 3,4 ton/ha dari hal
yang dianggap mustahil sebelumnya pada
tanah yang didominasi pasir kuarsa. Uji
coba lanjut yang dilakukan bersama
petani di kebun percobaan dihasilhkan rata-rata
dari petak perlakuan sebesar 2,5
- 6,5 ton/ha (telah di ekspose Sinar Tani edisi 17 Maret 1999). Pembuktian
teknis oleh penemunya di lahan masam
gambut, sulfat masam dan berpirit di PLG Kapuas
telah teruji sejak tahun 1998-2000, mampu melipatgandakan produksi lebih dari
250% dari rata-rata setempat. Bahkan
di lahan
kritis yang memiliki tipe tanah marginal pasir kuarsa (di Palangka Raya dan UPT
Sei Gohong), teknologi ini mampu
memberikan hasil produksi dengan kisaran
hasil mencapai 3,8
ton/ha jauh lebih tinggi dari
hasil cara konvensional (umum petani) hanya mampu 0,4 - 0,6 ton/ha.
Pada tipe lahan sejenis, peningkatan produksi juga tercapai oleh petani
di Gagutur, Barito Selatan (Kalteng).
BAGAIMANA
CARA BUDIDAYA KEDELAI
DENGAN TEKNOLOGI BIO PERFORASI (BIO P 2000 Z) ?
|
Hasil produksi Riil dari penanaman bulan
Juni 2000 di lahan Gambut PLG Kapuas Kalteng dan lahan pasang surut
bergambut Masuji-Lampung telah
dipanen oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan produksi rata-rata
2,5 ton/ha hingga mencapai 5,1 ton/ha dari penanaman 300 ha yang tersebar di
dua kawasan transmigrasi di atas; dan di Air Kubang Padang, Musi Banyuasin –
Palembang pada lahan pasang-surut mampu menghasilkan 4,2 ton/ha sementara
bila dibandingkan rata-rata umum produksi konvensional di PLG hanya 0,6 - 0,8 ton/ha. Di Majalengka
(2001) 3,2 – 3,8 ton/ha; potensi di hamparan perak Sumut 3,5 – 5
ton/ha dari rata-rata umum setempat 0,8 – 1 ton/ha serta panen di Tanjung
Morawa-Deli Serdang (Sumut, 21 juni 2001) berhasil di ubin oleh wakil
gubernur mencapai panen dengan hasil 2,58
– 4,16 ton/ha pada varietas kedelai lokal kipas putih. Untuk kedelai edamame basah, potensi
yang dihasilkan 8 -11 ton/ha dibanding
rata-rata umum petani 4 - 5 ton/ha basah
(hasil penerapan di parung-bogor).
Di Jambi (Agustus 2002) di Tanjung Jabung Timur, telah di Panen Gubernur Jambi
hasil rata-rata mencapai 3,5 ton/ha (2,6
ton/ha – 4,6 ton/ha) dari kedelai uji coba 100 Ha bahkan teknologi ini telah
diterapkan oleh petani diuntuk ternak, ikan dan tanaman lainnya. Ujicoba maupun
uji komersial lain juga telah dilakukan di daerah-daerah sentra kedelai seperti di Jawa Timur (
1.300 Ha), Jagung di Grobogan Jateng 3000 Ha, di Lombok NTB, Andonara NTT,
Gorontalo, Makassar (Sulsel), Maluku Tengah, Nabire dan Merauke (Papua)
yang semuanya menunjukkan pelipat gandaan hasil yang significan.
Bio Perforasi memberi harapan
pada peningkatan produksi kedelai
mencapai 5 - 6 ton/ha dalam
skala terbatas jika penerapan kaidah
teknologi dengan tepat. Dalam
kondisi terkontrol penerapan Teknologi Bio P 2000 Z dapat mengeksitasi
pertumbuhan dan produksi kedelai lokal tinggi mencapai 2,8 – 3,2 meter
(seperti pohon) dengan lebat polong 1800 – 2300 polong/tanaman; pada
tahun 2003 berhasil dikembangkan kembali pada kedelai lokal sehingga mencapai
ketinggian tanaman 4,5 Meter dan
kedelai edamame 2,40 Meter dengan buah yang cukup lebat. Dibanding
teknologi konvensional di lokasi yang sama kedelai lokal ini hanya: tinggi=
6,5 cm dan polong= 20–75 polong /tanaman, dan untuk kedelai edamame hanya
setinggi 40 – 55 cm dengan buah kurang dari 50 polong per tanaman.
Pada tingkat
keberhasilan tersebut maka
diprediksikan secara matematis kemampuan produksi kedelai diatas
memiliki potensi 14 ton/ha – 30 ton/ha dan jika populasinya optimal mampu
mencapai 50 ton/ha.
Efek lain yang bersahabat dari teknologi Bio-Perforasi ialah
terhadap lingkungan tanah dan tanaman. Bersama dengan mikro-biota indegenus,
pupuk hayati Bio-Perforasi yang diintroduksikan ke tanah serta permukaan daun
dan ranting membentuk keseimbangan ekologi baru dengan meredam aktivitas mikro-organisme patogen yang tidak diinginkan,
tetapi memicu performa mikro-organisme bersahabat. Keseimbangan ekologi baru
ini sangat kondusif bagi tumbuh kembang tanaman, tetapi juga aman bagi
kehidupan lain.
Disampaikan Oleh: Ali Zum Mashar Inventor teknologi
Bio P 2000 Z